Semarak Kemerdekaan Desa Sei Silau dalam Gebyar Seni Budaya bersama Ganjar di Kabupaten Asahan

Laskarmedia.com Asahan – Kemeriahan semarak Kemerdekaan HUT RI Ke-78 dengan Gebyar Seni Budaya Desa Sei Silau, Kecamatan Setia Janji, Kabupaten Asahan menampilkan Kuda Kepang, Tarian Wayang Orang dan Wayang kulit semalam suntuk untuk memeriahkan yang sudah menjadi tradisi warga Jawa, pada Kamis 31 Agustus, dimulai sekitar pukul 15.00 Wib Sore s/d Selesai.

Acara Semarak Kemerdekaan RI untuk Rakyat ini terlaksana atas kerjasama dari Kepala Desa Sei Silau Bapak Harun, dengan Ketua Tim Koordinator Wilayah Sumut Rumah Kita, dimana Wayang kulit semalam suntuk ini, diawali dengan kata pembuka dari MC dan penyanyi Sinden yang menarik perhatian warga Disana.

Turut hadir dalam acara Gebyar Seni Budaya merupakan tokoh sesepuh dan Ribuan Orang Warga yang sangat berantusias tinggi untuk menyaksikan acara tersebut secara langsung.

Gebyar Seni Budaya Jawa yang mementaskan wayang kulit semalam suntuk tampak makin sangat meriah sekali, karena sangat jarang sekali diadakan acara yang semeriah itu di Desa Sei Silau.

“Saya sangat senang melihat Bapak Ibu berantusias sangat Tinggi telah hadir untuk menyaksikan acara gebyar seni wayangan yang kita gelar di Desa Sei Silau dan Tetap untuk semangat”, ucap Kades Harun.

Sebagaimana Gebyar Seni Budaya Desa Sei Silau dimeriahkan pentas wayang kulit dengan DALANG Ki HADI SUSANTO NOTOCARITO , dengan lakon wayang adalah “Semar Bangun Khayangan”.

“Mudah-mudahan bisa menghibur kita semua pada semalam suntuk hari ini”, ungkap Ki Dalang Hadi disela-sela acara saat diwawancarai oleh awak media yang bertugas.

Tidak hanya wayangan, untuk memeriahkan ada juga yang menyertakan pementasan kesenian Kuda Kepang, Wayangan Orang dari Sergai, Gamelan, Musik Campursari yang sangat kocak membuat suasana semakin semarak.

Saat awak media kembali mewawancarai Korwil Tim Sumut Rumah Kita Mas Nanang Gati , dikatakannya, “Dengan digelarnya acara ini, merupakan salah satu tradisi warga Jawa yang sangat sakral”.

Dalam Buku Bauwarna Adat Tata Cara Jawa karya Drs R Harmanto Bratasiswara (Yayasan Suryasumirat Jakarta 2000), tradisi Bersih Desa merupakan hajatan besar yang digelar setahun sekali oleh masyarakat setelah musim panen.

Kegiatan bersama yang dilakukan masyarakat ini, merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan, atas kebahagiaan yang telah dianugerahkan dalam setahun menjalani kehidupan. Juga untuk mengenang dan menghormati sesepuh Cikal Bakal atau tokoh pendiri desa.

Sebagian warga menyebut Bersih Desa sebagai tradisi Memetri Desa, Sedekah Desa, atau Rasulan yang menyertakan kenduri selamatan. Masyarakat dalam menggelar Bersih Desa, mengawalinya dengan kerja bakti membersihkan kampungnya masing-masing. (LM- 025)