Laskarmedia.com,Mbay-Ratusan warga masyarakat Malapoma Desa Rendu Butowe Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo yang merupakan warga terdampak Pembangunan Proyek Strategis Nasional pembangunan Bendungan Mbay/Lambo menyatakan sikap dukungannya menuju Proses Penetapan Lokasi (Penlok 2).
Sikap dukungan tersebut dinyatakan warga Malapoma Rabu 07 Juni 2023 di lokasi Titik Nol (.0) Area Spillway Pembangunan Bendungan Mbay/Lambo.
Diketahui bahwa masyarakat Malapoma merupakan salah satu dari sekian kelompok warga terdampak yang turut menolak hadirnya pembangunan Bendungan Mbay/Lambo tersebut semenjak tahun 2015 lalu. Penolakan terhadap PSN ini dilakukan warga Malapoma dengan berbagai cara termasuk demo berjilid-jilid, mulai dari lokasi pembangunan sampai ke instansi pemerintah.
Wilibrodus Be’i Ou dalam pernyataan sikapnya mengatakan bahwa seluruh warga masyarakat Malapoma dalam menyambut proses Penetapan Lokasi (Penlok) 2 mendukung sepenuhnya kegiatan tersebut dan mengkawal proses pembangunan Bendungan Mbay/Lambo hingga selesai.
“Kami masyarakat Malapoma sebagai warga terdampak waduk ini, mendukung sepenuhnya proses Penlok 2.Kami bantu kawal semua kegiatannya hingga selesai”.demikian kata Wilibrodus Ou di Area Spillway Penlok 2 Rabu 07 Juni 2023.
Hal yang sama juga disampaikan salah satu tokoh adat Malapoma dari suku Redu Woe Dhiri Ke’o Matheus Bhui. Menurut Matheus Bhui, alasan mendukung Penlok 2 karena pekerjaan pada Penlok 1 sedang berjalan dan mengharapkan kepada pemerintah untuk secepatnya memproses biaya ganti rugi sebagian besar warga masyarakat Malapoma. Harapannya, dalam proses menuju Penlok 2 harus sesuai dengan kesepakatan bersama BWS pada Jum’ad 12 Mei 2023 yang dihadiri Bernard Malelak. Pihaknya meminta tuntaskan hak – hak masyarakat pada Penlok 1, sebab masih banyak yang belum menerima biaya ganti rugi.
“meskipun mendukung Penlok 2, kami juga minta BPN Nagekeo untuk secepatnya memproses administrasi Penlok 1. Karena sebagian besar warga Malapoma belum terima uang ganti rugi, padahal sudah tanda tangan”.Demikian disampaikan Matheus Bhui didukung oleh Raymundus Ngada dan Gaspar Raja selaku tokoh Masyarakat.
Sebelumnya, sapaan adat disuarakan oleh Matheus Bhui sebelum mengunjungi kuburan leluhur dan membakar lilin.
“Dhei kau ema dewa zeta da ledhi lewa, da wero lizu ne tana, ne bugu bara ta dia wawo tana da muzi ne da mata. Kami pai kau ema dewa zeta, rimo kita ata da muzi ne da mata, ema da ligo jaga. Kami pai reku wake ebu kajo ine ame da Zale au nabe.To’o no’e bana sama ne kami ana ebu,sipo zi’a sagho molo, rimo ana ebu toto woso, da dia bo’a ne da mai nama ola, mo weki zi’a lo bholo, ti’i ngai da sia zede dara, mo kema da neka ghawo da gena,mo kema sama pemerenta ne masyarakat adat mo pembangunan waduk jeka tebu tasa”.ucap Matheus Bhui dihadapan seluruh keluarga besar Malapoma di titik nol. (LM/132).