Laskarmedia.com, Batu-Bara-Manajemen tata kelola Universitas Sumatera Utara (USU) diharapkan sejalan dengan amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Hal ini menitikberatkan pada tujuh bidang potensial seperti Tropical Science and Medicine, Agroindustry, Local Wisdom, Energy, Natural Resources, Technology dan Arts atau dengan akronim TALENTA .
Demikian dikemukakan Tim peneliti Rekayasa Sosial (Social Engineering) TALENTA USU dalam siaran pers kepada media ini, Senin 20/9/2021.
Kegiatan itu dilakukan dalam rangka memenuhi tugas yaitu salah satu pilar risetnya merancang bangun (design) sistem pangkalan data (Data Base Management System/DBMS) sosial ekonomi dan keperluan nelayan untuk penentuan peserta program pemerintah agar lebih tepat sasaran.
Strategi ini dalam membantu mempercepat pengentasan kemiskinan. Strategi ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah mengakselerasi penurunan angka kemiskinan sesuai target atau kinerja Rencana Kerja Pemerintah.
Tim TALENTA USU diketuai oleh Dra.Dara Aisyah, M.Si.,Ph.D (Dosen Tetap Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP-USU) dan beranggotakan Muhammad Sontang Sihotang, S.Si.,M.Si.,Ph.D.,(Dosen Tetap FMIPA USU).
Dara menyebutkan ada 5 tahap strategi yang perlu disiapkan untuk membantu para nelayan mengentaskan kemiskinannya. Kelima strategi tersebut harus dilakukan melalui Model Penta Helix; Pertama, Identifikasi tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) kerja / program lintas Kementerian/Lembaga (K/L) dalam penentuan kelompok sasaran.
Kedua, Akademisi berperan membangun pangkalan data (DBMS) sosial ekonomi dan keperluan nelayan untuk mendesain model inovasi sosial kepada keluarga nelayan.
Ketiga, Industri yang dekat dengan lokasi nelayan berperan melakukan CSR (Company Social Responsibility) dalam membantu sarana dan prasarana keperluan nelayan dengan basis kearifan lokal (local wisdom).
Keempat, komunitas nelayan harus difasilitasi keperluannya agar dapat di jamin sosial ekonomi keluarganya melalui peningkatan jumlah hasil tangkap (productivity).
Kelima, Peranan media elektronik dan cetak (on / of line) dalam menginformasikan (publikasi) segala permasalahan yang ada agar terjadi sinergitas, harmonisasi secara terpadu, terarah dan berkesinambungan dalam menyelesaikan permasalahan nelayan (solved).
Dara mengatakan model ini berperan untuk membantu pemerintah dalam mendorong sosial ekonomi keluarga nelayan, pertumbuhan ekonomi secara inklusif, stabilisasi harga, menciptakan lapangan kerja produktif, dalam rangka menjamin kinerja produktivitas sektor perikanan.
“Selain itu memajukan pembangunan desa pesisir yang tertinggal,” jelas Tim TALENTA USU,” dalam acara FGD (Focus Group Discussion), dalam rangka Persiapan basis data nelayan (DBMS) di salah satu rumah nelayan di dusun Benteng dan Pematang Pasir Desa Pakam, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara.
Dalam kesempatan itu selain keluarga nelayan, turut hadir juga Ketua dan Sekretaris DPD KNTI (Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia) Kabupaten Batubara,. Amir Tan dan M. Rozali.
Di sela-sela FGD tersebut, Amir Tan mengucapkan terima kasih kepada Tim Talenta USU, yang telah membantu persiapan basis data sosial ekonomi dan keperluan nelayan, serta pihak KNTI.
“Karena itu pihaknya siap membantu tim untuk berada di berbagai Posko nelayan yang ada, agar data keluhan (aspirasi) nelayan dapat di input oleh peneliti nantinya,” ujarnya.
Ketua Tim TALENTA USU Dra. Dara Aisyah.,M.Si.,Ph.D., menambahkan, kajian ini sebagai studi awal untuk membangun data (DBMS) Profil Sosial Ekonomi dan Keperluan Keluarga Nelayan.
Menurut Dara, persiapan data sangat diperlukan karena selama ini penerima dana bantuan Tidak Tepat Sasaran. Banyaknya program bantuan dalam mengentaskan kemiskinan keluarga nelayan, seperti bantuan pangan (Program Beras untuk Keluarga Sejahtera / RASTRA) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Selain itu Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial Tunai (BST), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Jaringan Pengaman Sosial (JPS), serta bantuan iuran jaminan kesehatan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun belum merata dan belum mampu menyelesaikan masalah kemiskinan mereka.
“Pemerintah harus terus berupaya memastikan ada skala prioritas (peserta program termiskin) per sektor dan per kategori pekerjaan, seperti sektor pesisir,” katanya.
Keberpihakan kepada Nelayan Tradisional dengan membangun basis data sosial ekonomi dan keperluan per Kategori Keluarga Nelayan, sehingga semua keluarga nelayan tradisional dapat meningkat pendapatannya.
Tersedianya Kapal lanjut Dara harus yang sesuai keperluan mereka, terjamin permodalan atau biaya (costing) perbekalan nelayan (menghindari ketergantungan kepada tengkulak).
Begitu pula terjaminnya kualitas peralatan menangkap ikan (ada tantangan dengan Trawl) dan menjamin penegakan hukum kepada kapal yang menggunakan Trawl / Pukat Harimau agar tidak masuk dalam kawasan nelayan tradisional.
Bukan hanya itu, terjaminnya akses pemasaran dapat memutus mata rantai para tengkulak, meningkatkan keterampilan keluarga nelayan, serta mengembangkan kewirausahaan social berbasis kemitraan melalui Transfer Knowledge & Technology serta Teaching Factory.
Bahkan perlu adanya pihak pendampingan di keluarga nelayan dengan model triple helix antara Universitas, Pemerintah dan Industri.
Hubungan kerjasama diantara ketiga pilar tersebut dalam Pola Pembelajaran Teaching Factory akan berdampak positif untuk membangun mekanisme kerjasama (partnership) secara sistematis dan terencana didasarkan pada posisi tawar menawar dengan win-win solution.
Selanjutnya, penerapan pola pembelajaran Teaching Factory merupakan interface dunia pendidikan Universitas / Kejuruan dengan pemerintah dan dunia industri kepada keluarga Nelayan, sehingga terjadi check and balance terhadap proses pendidikan dari Universitas kepada Pemerintah dan industry.
“Hal ini dalam rangka menjaga dan memelihara keselarasan (link and match) ke berbagai program pemindahan ilmu dan teknologi dengan kesesuaian dan keperluan pasar kerja yang diaplikasikan kepada peserta program Keluarga Nelayan Pesisir Pantai,” jelas Dara Aisyah.(LM-010)