Laskarmedia.ComMbay-Meskipun sempat ditolak warga, Mushola Nanganumba Desa Nggolonio Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo akhirnya mulai dibangun Senin 13 Juni 2022.
Menyikapi aksi penolakan tersebut, panitia pembangunan Musholah Nanganumba yang diketuai oleh Patrisius Mining berinisiasi mengadakan dialog.
Bersama seluruh anggota panitia,Patris mengundang sejumlah tokoh adat dan warga masyarakat Nggolonio mengadakan dialog untuk memecah kebuntuan yang dialami umat Muslim Nggolonio terkait proses pembangunan Musholah Nanganumba tersebut. Panitia juga menghadirkan Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata untuk terlibat langsung berdiskusi menemukan solusi terbaik demi kelanjutan pembangunan Musholah Nanganumba.
Dialogpun digelar langsung di Kampung Dhajong, yang menjadi lokus pembangunan Musholah Nanganumba pada Sabtu 11 Juni 2022.
Ketua Panitia Pembangunan Musholah Nanganumba Patrisius Mining dalam dialog tersebut menyampaikan perihal kendala pembangunan Musholah Nanganumba, yang sedianya mulai dikerjakan sejak tanggal 01 Juni 2022 bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila.Namun pihaknya mendapat surat dari Camat Aesesa yang isinya untuk menghentikan pembangunan Musholah karena ada penolakan dari sebagian masyarakat di Nggolonio.
“Sebetulnya tanggal 01 Juni kemarin sudah mulai kita kerjakan Musholah ini, namun saya mendapat surat penghentian dari Camat Aesesa sebelumnya dan akhirnya kita tunda sampai hari ini”.papar Patris Mining.
Sebagai Ketua Panitia Pembangunan yang dipercayakan umat Muslim Nggolonio, Patrispun menyayangkan sikap sebagian warga yang mencoba untuk menghalangi proses pendirian rumah ibadah tersebut. Sebab kata Patris, keberadaan umat muslim di Nggolonio sejak tahun 1949 hingga saat ini, belum memiliki rumah ibadah dan hanya bisa beribadah dibawah naungan pohon asam. Kendati demikian, Patris tetap berupaya untuk menemukan solusi terbaik melalui dialog bersama sejumlah tokoh adat dan warga masyarakat Nggolonio.
“Hari ini, saya mengajak kita semua untuk diskusikan persoalan yang dialami oleh saudara saudara kita, dan kami sendiri selaku panitia pembangunan musholah ini. Dan saya mau sampaikan bahwa semua persyaratan membangun rumah ibadah sudah terpenuhi. Umat Islamnya cukup, saat ini terdapat 90 jiwa, lahannya sudah dihibahkan dan bersertifikat, terdapat dukungan masyarakat sebanyak 200an lebih dan sudah membubuhi tanda tangan. Saya pikir ini sudah lebih dari cukup. Lantas ada aksi penolakan tersebut tanpa alasan yang jelas. Apa maunya kita ini. Kita tidak tega melihat saudara kita Sholat dibawah pohon asam setiap bulan Ramadhan dan setiap hari raya. Saya mohon kerjasama semua pihak untuk sukseskan pembangunan Musholah ini, sehingga keluarga kita umat muslim disini bisa beribadah di tempat yang layak dan nyaman”.ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, AKBP Yudha juga menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan pembangunan Musholah Nanganumba di Desa Nggolonio yang sempat mengalami penolakan oleh beberapa warga masyarakat.
Menurut AKBP Yudha, mendirikan rumah ibadah merupakan kewajiban dari semua umat beragama di NKRI dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa.Dan hal tersebut adalah Hak Asasi Manusia dalam hal kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinan yang dianut. Oleh karena itu,kata Yudha, satu-satunya tempat terbaik untuk beribadah kepada Tuhan adalah rumah ibadah.
“Terima Kasih sudah mengundang kami untuk hadir bersilaturahmi dengan keluarga besar di Nggolonio, dalam rangka berdiskusi masalah pembangunan Musholah sebagai tempat ibadah umat muslim di Nggolonio. Memang beberapa waktu lalu kami dapat informasi kurang sejuk, bahwa ada aksi penolakan atau sedikit hambatan terkait pembangunan musholah ini. Makanya kami hadir coba untuk diskusi dengan bapak-bapak tokoh adat dan tokoh masyarakat mencari solusi terbaik. Menurut kami, membangun rumah ibadah itu baik dan tidak boleh dihalang-halangi, karena beribadah merupakan hak asasi manusia, yakni hak hidup, beribadah dan memperoleh penghidupan yang layak. Mari kita gunakan pikiran yang jernih dari hati kita masing-masing untuk mencari solusi. Karena rumah ibadah agama apapun merupakan sarana untuk bagaimana seorang hamba berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta. Semoga ada jalan keluar hasil dari diskusi kita saat ini. Pada intinya, memenuhi unsur-unsur dalam persyaratan membangun sebuah rumah ibadah seperti penggunanya, tanahnya yang sudah diwakafkan, dan dukungan masyarakat setempat. Kalau semua unsur sudah terpenuhi, maka rumah ibadah tersebut layak dibangun”.Demikian disampaikan AKBP Yudha di hadapan sejumlah tokoh adat dan masyarakat yang hadir.
Seturut dengan apa yang disampaikan Patrisius Mining , salah satu tokoh terkemuka di Desa Nggolonio Mikhael Jena pun angkat bicara. Dirinya menyesali tindakan tidak bertanggung jawab tersebut muncul di saat pembangunan Musholah hendak dimulai. Mikael menjelaskan bahwa dirinya sendiri yang terlibat langsung sejak awal rencana pembangunan Musholah sampai terbentuknya panitia pembangunan yang diketuai oleh Patrisius Mining.
“Saya kaget tiba-tiba orang nomor satu di Institusi Kepolisian di Nagekeo hadir pada saat ini. Saya bertanya dalam hati, ada apa ini, seolah-olah Nggolonio dalam keadaan darurat. Sebetulnya tidak usah ditanggapi apabila ada suara-suara yang mengusik kenyamanan dan kedamaian kehidupan sosial yang sudah terjalin sejak lama. Toh yang beribadah di musholah nanti anak dan cucu kita sendiri. Bukan orang lain, karena terjadi kawin-mawin silang antar kedua keyakinan ini. Terima kasih pak Kapolres yang sudah hadir bersama kami, sudah membantu memberikan pikiran-pikiran terbaik, pikiran-pikiran jernih untuk kepentingan kita semua. Apalagi saat ini yang turut mendukung pembangunan Mushola para tetua adat yang hadir didepan kita semua. Saya harap mari kita kawal sama -sama, proses pembangunan Musholah Nanganumba ini sampai selesai.Ini tugas dan tanggung jawab kita semua. Kesimpulan akhir saya, proses pembangunan Musholah ini harus dilanjutkan dan tugas kita, selesaikan apa yang sudah kita mulai”.Tegas Mikhael Jena mantan Kades Nggolonio 2 periode dan juga Ketua BPD Nggolonio saat ini.
Sikap dukungan pembangunan Mushola Nanganumba juga datang dari berbagai tokoh adat berpengaruh di Desa Nggolonio antara lain, Petrus Nanti, Mikhael Laka, Kornelis Lepa, Leonardus Lako Nale, Remigius Welu, Ambrosius Siuk, Antonius Watu dan Simon Setu.
Turut hadir para tokoh agama dari Mbay antara lain Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Agung Baiturrahman Mbay Asykari Syamsudin,Ketua Bidang Pembangunan Masjid Agung Baiturrahman Mbay Abdul Muthalib Abdurrahman, Pengurus Muhammadiyah Nagekeo Hasbil Rena.
Di akhir acara dialog, Kapolres Nagekeo diminta kesediaan oleh sejumlah tokoh yang hadir untuk meninjau lokasi pembangunan Musholah Nanganumba sekaligus diberikan sebuah batu oleh Mosalaki Nggolonio Petrus Nanti yang kemudian diletakan persis di tempat peletakan batu pertama pada 01 Juni 2022 lalu. (LM/132)